Monday, August 17, 2009

"Sisa Sisa Ikan" Diputar di Pendapa Tegal

FILM bukan sebuah kemewahan. Tidak selalu pembuatan film harus menelan biaya ratusan juta bahkan sampai menguras kocek hingga miliaran rupiah. Membuat film, bisa juga dilakukan dengan biaya seirit mungkin.

Salah satu contoh adalah pembuatan film Ikan Sisa Sisa produksi Bagian Humas dan Protokol Sekda Kota Tegal, hanya menelan biaya 50 juta rupiah. Sebuah angka terbilang kecil, namun film dokumentasi Kota Tegal itu mampu dihasilkan dan laik ditonton, lantaran digarap oleh tangan-tangah profesional yang kesemuanya berasal dari warga Tegal. Dan semua itu, Pemkot Tegal sesungguhnya ingin menunjukkan bahwa warga Tegal pun bisa main film. Meski dengan biaya kecil.

“Jadi pembuatan sebuah film itu bukanlah sebuah kemewahan, tapi yang terpenting adalah pesan yang ingin dicapai.” Demikian Kepala Bagian Humas dan Protokoler Sekda Kota Tegal, Drs. Khaerul Huda MSi menandaskan hal itu kepada NP, Jumat (14/8) sehubungan dengan akan diputarnya film tersebut, bertepatan pada malam tasyakuran HUT Ke-64 Kemerdekaan RI, di Pendapa Ki Gede Sebayu Tegal, pada Minggu (16/8) malam pukul 20.00 WIB.

Khaerul Huda lebih lanjut mengatakan, film besutan sutradara Wicaksono Wisnu Legowo itu sengaja diputar di tempat terhormat Pendapa Ki Gede Sebayu Tegal karena Pemkot Tegal sangat menghargai karya warga sendiri yang mengangkat dokumentasi Kota Tegal.

“Dipilihnya tempat pemutaran film di Pendapa Ki Gede Sebayu, karena di sana merupakan tempat berkumpulnya semua elemen masyarakat Kota Tegal, dan malam itu semua elemen diundang,” tuturnya lebih jauh.

Sementara itu sang penulis naskah film, Yono Daryono, mengatakan, ada tiga tahapan saat memproduksi sebuah film. Untuk tahapan pertama, katanya, dilakukan pra produksi yakni survey lapangan, buat cerita dan skenario, kasting dan hunting lokasi memakan 3 bulan. Tahapan ke dua, yaitu pelaksanaan produksi syuting memakan 6 hari kerja. Dan tahapan paling akhir adalah pasca produksi editing memakan waktu 6 hari. “Jadi untuk tahapan pembuatan film memakan waktu 12 hari, diluar tahapan pertama,” tutur Yono Daryono yang juga selaku Supervisor.

Menurut Yono, film Ikan Sisa Sisa itu mengisahkan seorang ibu bernama Bik Rohilah (Damayanti) memiliki dua anak cerdas yakni Yanti (Yolla Pamela) dan Unggul (Haryanto -pelajar SMPN 8 Kota Tegal). Sepeninggal Katono suaminya, akibat diterjang badai, praktis Bik Rohilah banting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidup dua anaknya. Mereka tinggal di perkampungan nelayan di pesisir Tegal.

Dia yang berpendidikan rendah hanya bisa bekerja di tempat Pak Duljalil (H. Tambari Gustam) sebagai buruh pengolah ikan yang mengurusi pembuatan ikan asin. Karena kekreatifan dan keuletannya itu, mendorong dirinya untuk kreatif dengan membuat ikan-ikan sisa yang tidak diolah di tempat kerjanya agar tidak terbuang percuma. Ia mengumpulkan ikan-ikan itu untuk dibuat makanan ringan seperti kerupuk dan lainnya. Bersama kedua anaknya, dia merangkai kerang laut atau membuat jala ikan mini untuk dijadikan hiasan. Kesemuanya dia titip jual-kan di warung Bik Kodrah.

Sebagai ibu, Bik Rohilah sering merasa sedih karena ketika anaknya Yanti terancam tidak bisa masuk kuliah karena harus membayar uang sumbangan pembangunan yang cukup besar. Keinginan yang besar agar bisa menyekolahkan Yanti sering jadi omongan para tetangga, mereka menganggap dia tidak berkaca diri. Tapi dengan tekad besar dia menambah porsi kerja.

Dibantu oleh dua anaknya, ia mengumpulkan ikan sisa tak hanya dari tempatnya bekerja, tapi diambil dari tempat lain. Produksi kerupuk ia naikkan dan dipasarkan kemana-mana. Tapi akibat kerja kerasnya ia jatuh sakit. Dalam kesusahannya itu, datanglah Pak Duljalil bermaksud membantu, namun secara terang-terangan ia mengajukan syarat untuk menikahi Yanti. Bik Rohilah menolak secara sopan. Yanti yang prihatin akan keadaan itu mengatakan untuk tidak usah kuliah.

Namun Bik Rohilah menolak dengan bermacam alasan. Dalam kegalauannya itu, ia pun sempat tergoda untuk kembali meminjam uang dari Ibu Imroh, rentenir yang beberapa kali menawari pinjaman dalam jumlah besar. Namun bila teringat beratnya mengembalikan utang yang berbunga-bunga, ia mengurungkan niat itu. Lalu bagaimana kelanjutan kisah Bik Rohilah yang berkeinginan menyekolahkan Yanti sampai keperguruan tinggi? Saksikan saja pada pemutaran perdana film tersebut

1 comment: