Friday, November 5, 2010

Inflasi Kota Tegal Terbesar Se-Jateng

SELAMA Oktober 2010, Kota Tegal mengalami inflasi sebesar 0,06 persen. Hal ini dikarenakan harga beberapa komoditas, seperti bawang merah, gula pasir, rokok kretek, emas perhiasan, dan minyak goreng mengalami kenaikan.

Sedangkan laju inflasi Kota Tegal selama setahun sebesar 5,51 persen. Ini termasuk inflasi yang tertinggi di antara 4 kota di Jawa Tengah (Jateng), yang secara nasional diukur tingkat inflasinya. Inflasi di Kota Semarang sebesar 5,69 persen, Purwokerto 5,29 persen, serta Kota Surakarta memiliki inflasi terendah yaitu sebesar 4,32 persen.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Tegal Eddy Prawoto Kamis (4/11) mengatakan, laju inflasi di 4 kota di Jateng yang secara nasional diukur tingkat inflasinya untuk tahun kalender 2010 adalah Kota Tegal sebesar 4,88 persen, Kota Surakarta 4,33 persen, Purwokerta 4,90 persen, dan tertinggi Kota Semarang sebesar 5,69 persen.

Dari 4 kota yang diukur Indeks Harga Konsumen (IHK)-nya di Jateng pada Oktober 2010, semua kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi di Purwokerto 0,28 persen, Kota Surakarta 0,10 persen, Kota Tegal 0,06 persen, dan terrendah di Kota Semarang sebesar 0,02 persen.

Lebih lanjut dijelaskan Eddy, pada kelompok makakan mengalami deflasi sebesar 1,38 persen, dengan pemicu deflasi terbesar adalah pada sub kelompok daging dan hasil-hasilnya 8,34 persen, sub kelompok telur, susu dan hasilnya 5,48 persen, sub kelompok ikan segar 5,41 persen, serta sub kelompok buah-buahan 3,54 persen.

Sedangkan pada sub kelompok bumbu-bumbuan, sub kelompok lemak dan minyak, serta sub kelompok kacang-kacangan memicu inflasi masing-masing sebesar 7,17 persen, 2,38 persen, dan 1,46 persen.

’’Inflasi pada kelompok makanan jadi dan minuman, serta rokok dan tembakau sebesar 0,97 persen. Pemicu terbesar adalah sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol 2,79 persen, sub kelompok minuman yang tidak beralkohol 1,73 persen, sub kelompok makanan jadi 0,29 persen," jelas Eddy.

Sedangkan Inflasi yang memiliki andil pada kelompok perumahan, menurut Eddy, antara lain air, listrik, gas, dan bahan bakar yaitu sebesar 0,15 persen dengan pemicu kenaikkan terbesar adalah pada sub kelompok penyelenggara rumah tangga 1,01 persen, sub kelompok biaya tempat tingga 0,11 persen, dan sub kelompok perlengkapan rumah tangga 0,04 persen. Sedangkan sub kelompok bahan bakar, penerangan, dan air stabil.

Inflasi yang memiliki andil cukup besar adalah pada kelompok sandang, yaitu sebesar 1,15 persen dengan pemicu kenaikan terbesarnya adalah pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lain 3,44 persen, sub kelompok sandang laki-laki 0,10 persen. Sedangkan sub kelompok lainnya stabil.

’’Sedangkan inflasi pada kelompok kesehatan, yaitu sebesar 0,41 persen dengan pemicu kenaikan adalah pada sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika 4,15 persen, sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika 0,28 persen, sub kelompok obat-obatan 0,01 persen. Sedangkan sub kelompok jasa kesehatan stabil," tuturnya.

Sementara, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga stabil. Kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan terjadi deflasi sebesar 0,29 persen. Dengan pemicu terbesar adalah sub kelompok transportasi yaitu 0,42 persen. Tiga Sub kelompok lainnya stabil.

No comments:

Post a Comment